Friday, August 22, 2025
Kegiatan

Seminar Kegempaan : Memahami Potensi Gempa Bumi di Kalimantan Selatan

Kamis (21/08/2025) BMKG Kalimantan Selatan bekerja sama dengan FMIPA Universitas Lambung Mangkurat (ULM) menyelenggarakan acara Seminar Kegempaan : Memahami Potensi Gempa Bumi di Kalimantan Selatan. Acara ini diselenggarakan dalam rangka Hari Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (HMKG) ke-78 dan HUT RI ke-80, secara hybrid (gabungan online dan tatap muka). Acara ini menghadirkan narasumber : Dr. Daryono, S.Si., M.Si. (Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG) dan Dr. Sri Cahyo Wahyono, S.Si., M.Si. (Dosen Fisika FMIPA Universitas Lambung Mangkurat) dengan moderator M. Arif Rahman, M.S. (PMG Madya Stasiun Klimatologi Kalimantan Selatan). Turut hadir dalam kegiatan tersebut Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Kalimantan Selatan, Wakil Dekan Fakultas MIPA ULM, Ketua Prodi Fisika MIPA ULM, Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Syamsudin Noor, perwakilan Kepala BMKG Geofisika Balikpapan, Kepala Basarnas Kalsel, perwakilan Kepala Dinas Kominfo Kalsel, perwakilan BPBD Kalsel, para tamu undangan lainnya, akademisi dan mahasiswa.

Kalimantan sering dianggap sebagai pulau yang “aman” dari gempa bumi, tetapi ternyata data sejarah dan penelitian terbaru menunjukkan bahwa Kalimantan Selatan memiliki potensi gempa yang perlu diwaspadai. Tujuan seminar adalah untuk meningkatkan pemahaman dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap potensi gempa bumi dan tsunami di Kalimantan Selatan. Selain itu, membangun kolaborasi antara BMKG, akademisi, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam mitigasi bencana gempa. Kepala Stasiun Klimatologi Kalsel, Klaus Johannes Damanik, M.P. menuturkan, “Seminar ini diharapkan memberikan pemahaman lebih mendalam kepada masyarakat mengenai potensi gempa bumi yang mungkin terjadi di Kalimantan Selatan maka sangat penting edukasi dan kolaborasi.”

Narasumber pertama Dr. Sri Cahyo Wahyono, M.Si. menjelaskan sifat fisis gempa bumi dan proses terjadinya gempa akibat pergerakan lempeng tektonik, aktivitas vulkanik, dan longsoran. Beliau menekankan bahwa gempa bumi adalah pelepasan energi tiba-tiba yang merambat sebagai gelombang seismik. Peristiwa ini dapat menyebabkan dampak seperti goncangan tanah, likuifaksi, tsunami, dan kebakaran. Pentingnya mitigasi gempa melalui perencanaan infrastruktur tahan gempa dan sistem peringatan dini.

Narasumber kedua Dr. Daryono, S.Si., M.Si. memaparkan data historis dan potensi gempa di Kalimantan Selatan. Sesar Meratus adalah sesar aktif yang berpotensi dapat memicu gempa hingga magnitudo 7.0. Sejarah gempa di Kalimantan Selatan telah tercatat sejak abad ke-19 (misalnya gempa Banjarmasin tahun 1936, gempa Barabai tahun 2024). Tsunami juga pernah terjadi di pesisir Kalimantan Selatan (misalnya tsunami di Pantai Pagatan tahun 1917). Kalimantan tidak sepenuhnya aman dari gempa karena terpengaruh oleh aktivitas tektonik dari Sulawesi dan Laut Jawa. Maka, pentingnya bangunan tahan gempa dan edukasi masyarakat untuk mengurangi risiko korban jiwa.

Acara dilanjutkan dengan diskusi dan pertanyaan peserta. Peserta seminar (antara lain dari Basarnas, akademisi, mahasiswa, dan masyarakat) menyoroti pentingnya sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat, terutama di daerah terpencil, perlunya kolaborasi multisektor (pemerintah, akademisi, swasta) dalam mitigasi bencana, regulasi bangunan tahan gempa harus diterapkan secara ketat dan pemetaan zonasi mikro dan penguatan sistem peringatan dini diperlukan untuk memahami risiko gempa secara lebih detail.

Kesimpulan umum acara ini antara lain : Kalimantan Selatan memiliki potensi gempa bumi dan tsunami yang nyata, meskipun frekuensinya rendah (low frequency) tetapi dampaknya dapat sangat merusak (high impact). Mitigasi bencana harus dilakukan melalui pembangunan infrastruktur tahan gempa, edukasi dan pelatihan masyarakat untuk menghadapi gempa, kolaborasi antara BMKG, pemerintah daerah, akademisi, dan masyarakat. Sejarah gempa di Kalimantan Selatan harus menjadi pelajaran untuk meningkatkan kesiapsiagaan. Pesan penting untuk masyarakat jangan panik, tetapi waspada dan siap siaga. Pelajari cara menyelamatkan diri saat gempa terjadi (misalnya : berlindung di bawah meja, menjauhi bangunan dan tiang listrik, evakuasi ke tempat tinggi jika terjadi tsunami). Bangun rumah yang ramah gempa (menggunakan bahan ringan seperti kayu atau bambu) atau tahan gempa (dengan struktur beton bertulang yang kokoh). Ikuti sosialisasi dan simulasi gempa yang diselenggarakan oleh BMKG, BPBD, atau instansi terkait. Seminar ini diharapkan menjadi awal dari gerakan mitigasi gempa yang lebih masif di Kalimantan Selatan, sehingga masyarakat dapat hidup lebih tangguh menghadapi bencana.

Ada 5 rekomendasi utama yang dihasilkan dari seminar ini yaitu :

  1. Edukasi, Sosialisasi, dan Simulasi: Meningkatkan edukasi masyarakat tentang risiko gempa dan tsunami serta menyelenggarakan simulasi evakuasi secara berkala di area berisiko.
  2. Penguatan Peringatan Dini: Mengoptimalkan jaringan sensor seismograf dan memastikan penyampaian informasi peringatan dini yang cepat dan akurat melalui berbagai kanal.
  3. Bangunan Tahan Gempa: Mewajibkan standar bangunan tahan gempa untuk konstruksi baru dan memperkuat struktur bangunan lama (retrofitting).
  4. Tata Ruang Berbasis Risiko: Mengintegrasikan data potensi bahaya gempa dan tsunami ke dalam perencanaan tata ruang.
  5. Riset Lanjutan: Melakukan penelitian detail tentang sesar aktif (khususnya Sesar Meratus) untuk pemahaman ancaman yang lebih baik.

Antusiasme tinggi yang dari peserta seminar menunjukkan pentingnya pemahaman bersama terhadap potensi gempa di wilayah Kalimantan Selatan. Acara ini diharapkan jadi kunci pembuka bagi pemahaman lebih lanjut melalui riset lanjutan tentang gempa di daerah ini dan lebih membuka edukasi, kewaspadaan serta kepedulian masyarakat di Kalimantan Selatan terhadap risiko bencana gempa bumi dan tsunami.

Loading

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.