BMKG Kalsel Gelar Sosialisasi Literasi Cuaca dan Iklim, Perkuat Kesiapsiagaan Hadapi Karhutla
Selasa (29/07), BMKG Kalimantan Selatan menggelar kegiatan Sosialisasi Literasi Informasi Cuaca dan Iklim dalam rangka memperingati Hari Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ke-78 (HMKG 2025). Tujuan acara ini untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terkait cuaca dan iklim, khususnya dalam menghadapi ancaman kebakaran hutan dan lahan (KARHUTLA) di Kalimantan Selatan. Materi yang disampaikan oleh Liesda Dwi Kartika, S.Tr. (BMKG Stamet Syamsudin Noor) tentang “Informasi Meteorologi Terkait Kebakaran Hutan dan Lahan” dan oleh Muhammad Arif Rahman, M.S. (Staklim Kalimantan Selatan) tentang “Antisipasi Musim Kering di Kalimantan Selatan Berdasarkan Analisis dan Prediksi Iklim Terkini”. Acara ini dilaksanakan secara daring melalui ZOOM diikuti oleh berbagai instansi stakeholder terkait di Kalimantan Selatan antara lain, BPBD, Dinas Kehutanan, Manggala Agni, TNI/Polri, penyuluh pertanian, tokoh masyarakat, pecinta alam dan masyarakat secara umum.
Dalam kegiatan ini dijelaskan aplikasi Info BMKG yang dapat diunduh secara gratis di smartphone untuk mempermudah akses terhadap seluruh informasi terkait meteorologi, klimatologi, dan geofisika, baik skala lokal maupun nasional. Aplikasi ini akan sangat membantu di lapangan untuk mendapatkan informasi menghadapi risiko kejadian karhutla di Kalimantan Selatan. Informasi cuaca, iklim, kualitas udara dan gempa bumi akan sangat mudah dipantau dan dapat disertai informasi partisipasi masyarakat.
Kepala Stasiun Meteorologi Syamsudin Noor Banjarmasin, Ota Welly Jenni Thalo, M.Si. dalam laporan kegiatannya menyampaikan Kalimantan Selatan merupakan salah satu wilayah rawan terdampak karhutla. Maka, literasi informasi meteorologi, klimatologi, dan geofisika menjadi penting sebagai dasar pengambilan keputusan di tingkat daerah. Kepala Stasiun Klimatologi Kalimantan Selatan, Klaus Johannes Apoh Damanik, M.P., dalam sambutannya menyampaikan dalam menghadapi musim kemarau, sangat penting untuk memahami dan menerjemahkan informasi dari BMKG dengan benar, agar dapat dimanfaatkan sebagai dasar dalam menentukan langkah antisipatif, terutama dalam penanganan karhutla. Beliau juga menekankan pentingnya dialog terbuka terkait kebutuhan spesifik informasi di lapangan. Menurut beliau, masukan dari berbagai sektor akan memperkuat layanan informasi BMKG agar semakin relevan dan kontekstual. “Kami terbuka akan masukan semua pihak agar informasi yang kami sampaikan lebih aplikatif dan berdampak nyata di lapangan. Tidak hanya tentang cuaca atau iklim, tapi bagaimana informasi tersebut bisa diimplementasikan oleh tim operasional saat terjadi kebakaran hutan,” jelas beliau. Kolaborasi antar instansi sangat diperlukan untuk menangani karhutla demi meminimalisisr dampak yang ditimbulkan. Plt Kepala BPBD Kalsel, Gusti Yanuar Noor Rifai, menyatakan informasi BMKG sangat diperlukan sebagai dasar pengambilan keputusan status karhutla. Saat ini 3 Kabupaten telah menetapkan status siaga. Langkah selanjutnya adalah melakukan koordinasi dengan Gubernur untuk penetapan status Karhutla di tingkat provinsi.
BMKG Kalimantan Selatan mengimbau kementerian lembaga, pemerintah daerah, instansi terkait, dan masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan terhadap dampak musim kemarau 2025, khususnya di wilayah dengan kemarau bawah normal (lebih kering) yang berisiko mengalami kekeringan, karhutla, dan kekurangan air. Wilayah dengan kemarau atas normal (lebih basah) juga perlu waspada terhadap gangguan pada tanaman pertanian/hortikultura akibat curah hujan tinggi. BMKG menghimbau agar instansi terkait : selalu memantau informasi terbaru dari BMKG terkait titik panas (hotspot), terutama yang memiliki tingkat kepercayaan tinggi serta melakukan pembasahan lahan secara dini, terutama pada lahan gambut, guna mencegah potensi kebakaran. Untuk masyarakat dihimbau tidak membuang puntung rokok atau membakar sampah sembarangan. Tetap siaga dan aktif mengikuti informasi cuaca, terutama jika terdapat hotspot di wilayah sekitarnya. Menghindari pembukaan lahan dengan cara dibakar. Dan juga bijak dalam penggunaan air, untuk mencegah kelangkaan saat puncak musim kemarau.





